Selasa, 22 Desember 2009

  1. Matematika menganyam dunia

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diselenggarakan di sekolah dengan mengingat pentingnya ilmu tersebut.

Leonardo da Vinci mengatakan “ No human investigation can be called true science without going trough mathematical tests” ( tidak satupun hasil investigasi seseorang dapat dikaakan benar tanpa melalui tes matematika).*

Demikian halnya Albert einstain “ Do not be worry about your difficulties in mathematics. I sure you, that mind are still greater”.*

Ada yang mengatakan bahwa matematika sebagai ilmu pasti sehingga terkadang tidak bisa diberlakukan ketika hendak menentukan berapa jumlah satu ekor ayam jantan ditambah dengan satu ekor ayam betina. Mungkin mereka lupa bahwa dalam hal seperti masalah tersebut dibangun dari sudut pandang mana.

Dalam matematika dikenal selain sebagai ilmu deterministik juga sedapat sebagai probabilistik.Jadi dalam matematika juga dimungkinkan hal ketidakpastian dapat terjadi dalam alam nyata. Dalam matematika, bukan saja jumlah ayam yang akan ada yang diperdiksikan, lebih jauh lagi keuntungan dari usaha peternakan dapat diprediksikan.

Kalau matematika dapat menjelaskan orbit planet dan waktu orbitalnya, matematika dapat menjelaskan gaya grafitasi, matematika mampu menjelaskan hubungan antar variabel pengamatan, operasi matematika diaplikasikan dalam pemprosesan informasi pada mesin super hebat (komputer) atau dengan kata lain matematika mampu menjelaskan hubungan antara suatu sebab dan akibat dalam alam semesta ini ( matematika menganyam dunia) lalu matematika dalam anyaman tersebut berada di posisi mana? Dalam kesempatan lain kalau matematika mampu menjabarkan sebab akibat suatu fenomena, siapa yang meletakkan matematika sedemikian?

*Beny Young, jurusan matematika, Fakultas MIPA Universitas Katolik Parahyangan Bandung.


2. benar atau salah yang tertinggi atau yang terendah.

Pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Drs. Sidi Gazalba mengemukakan bahwa pengetahuan itu ialah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tersebut alah hasil dari : kenal, sadar, insaf,mengerti dan pandai. Pengetahuan itu semua milik atau isi pikiran. Orang pragmatis terutama John Dewey tidak membedakan antara pengetahuan dengan kebenaran ( knowledge dengan truth). Jadi pengetahuan itu harus benar, kalau tidak benar adalah kontradiksi. Bertrand russel seorang realis menulis “ I conclude that truth in the fundamental concept and that knowledge must be defined in term of truth not vice versa”. Ada banyak cara manusia dalam upaya mendatangi kebenaran.

Secara kodrati manusia akan terus mencari kebenaran dan gemar untuk menentukan pilihan pada kebenaran dan mberusaha agar tidak jatuh pada pilihan-pilihan yang salah. Sampai sejauh ini kalau hal diluar kebenaran disebut salah atau kesalahan maka tentu semua akan sepakat bahwa kebenaran adalah yang tertinggi, tetapi untuk menyatakan pilihan orang lain itu salah atau seseorang telah melakukan kesalahan tidaklah mudah karena keterbatasan pengetahuan kita tentang pengetahuan orang yang melakukan kesalahan tadi. Contoh kita di kenalkan pada seorang yang mengatakan bahwa bilangan 7 tidak bisa di bagi oleh bilangan 2. Kita tidak segera dapat mementukan seseorang tadi terlah salah ( menurut kita) tanpa mengetahui orang tersebut berada pada jenjang pendidikan mana. Dalam hal-hal imanen dan transendental bagaimana menentukan seseorang benar atau salah atau memiliki kedudukan tertinggi dan terendah ? berpulang pada keyakinan masing-masing pemeluk kepercayaan.

Referensi --- Drs. Burhanuddin Salam, 2005, Pengantar Filsafat, PT. Bumi Aksara, Jakarta


  1. Sehat dan sakitnya bahasa

Kebenaran menurut tradisi yang sudah tidak baku lagi adalah sesuainya pernyataan (dalam bahasa) dengan realitas yang diacu- teori “korespondensi” antara pernyataan lingual (bahasa) dan kenyataan.

Perhatikan kalimat berikut :

Matahari terbenam di barat

Menurut paham korespondensi kalimat diatas tidaklah benar sebab bumilah yang bergerak mengitari matahari, bukan sebaliknya.

Perhatikan lagi kalimat :

Ada seminar akademik hari ini

Ada seminar akademik di ruang audio visual

Kata ada pada kalimat pertama memperlihatkan atau menggambarkan eksistensi sebuah seminar, sedangkan kalimat kedua kata ada menunjukkan proses sedang berlangsungnya sebuah seminar.

Menurut Wittgentein, dalam pandangannya tentang language games, jenis jenis kata dibedakan menurut peran dan fungsinya. Ia menyatakan bahwa kata-kata yang bersifat transendental yang dipergunakan dalam hidup sehari-hari banyak yang tidak bermakna, misalnya kata-kata keadilan, kesalahan prosedur, atas petunjuk dan sebagainya. Kata-kata semacam itu hanya akan bermakna jika dihubungkan dengan sebuah konteks games tertentu.

Dengan menganggap bahwa sakitnya bahasa jika penggunaanya tidak adanya korespondensi antara bahasa dan kenyataan atau tidak bermakna, tentunya kita sering sekali dalam keseharian membuat bahasa sakit. Namun dalam hal tertentu kita pasti pernah menggunakan bahasa yang sehat (tepat).

Mari kira renungkan bagaimana cara agar kita selalu dapat menjadikan bahasa sehat !


Referensi -- E. sumaryono, 1999, Dasar- Dasar Logika , Yogyakarta : Kanisius

Jo Verhaar. SJ, 1999, Filsafat yang Berkesudahan, Yogyakarta : Kanisius

  1. Ontologi, Epistemologi, aksiologi diriku

Sebagai ontologi kupandang (dalam lingkup yang biasa saja) Aku sebagai manusia yang hidup. Dari sudut epistemologi, bagaimana sehingga aku sebagai manusia hidup? Hidup ya karena aku memiliki ciri sebagai mahluk hidup, menurut ilmu biologi, ciri mahluk hidup butuh makan, minum, bernapas dan lai-lain. Tentunya aku juga sama seperti manusia (kata yang umum dipakai). Manusia punya akal pikiran dan hati nurani dan aku pun miliki itu. Aku mampu berbaur dan berkomunikasi dengan manusia yang lainnya.

Secara aksiologi kalau ada pertanyaan mengapa hidup bukan tidak hidup (mati)?

Aku telah terjebak dalam hidup. Kalau umumnya ada pilihan kanan atau kiri, atas dan bawah mungkin itu adalah pilihan yang setara. Namun bagaimana dengan pilihan hidup atau tidak hidup pada orang yang terlanjur hidup? Bukan saja pilihan yang tidak setara, namun banyak dampak dan akibatnya. Toh pada saatnya nanti kematian akan berkunjung juga menjemput aku.

Pilihan tidaklah penting, karena semua tahu aku akan tetap memilih hidup.

Aku terlanjur hidup sehingga aku akan berbaur dan berkomunikasi dengan manusia dan segala sesuatu diluar manusia sedapat mungkin secara baik dan benar secara kodrati. Aku hanya mengingatkan “Jangan coba-coba memilih mati !!!!!” Tau sendirilah .................






  1. Pemberontakan para normatif

Kita mungkin bertanya “Apa itu posmo (posmodernisme)?”. Ada banyak tafsiran tentang istilah tersebut dan tidak ada konsessus tentang jawaban yang tepat. Di kalangan ahli filsafat dan ilmu-ilmu sosial umumya sependapat bahwa posmodernisme menolak modernisme. Filsafat modernisme meliputi filsafat descartes dan sesudahnya. Filsafat itu mempunyai unsur yaitu :

a. Prioritas teori pengetahuan sebagai dasar untuk segala kegiatan intelektual lainnya.

b. Perlambangan identitas manusia sebagai aku atau subyektivitas

c. Konsepsi inteoritas yang mengandung intuisi manusia tentang ide-idenya sendiri

d. Usaha untuk menemukan kepastian mulai menguasai usaha untuk menemukan kebanaran.

Postmodernisme menolak keempat unsur tersebut dan memihak pada paham bahwa toeri pengetahuan tidak berperan sebagai dasar, dan tergantung dari kerangka konseptual yang dianggap sesuai. Segala bentuk pengetahuan tertanam dalam paradigma tertentu yang tidak dapat dibuktikan sebagai paradigma mutlak, dan akan diganti oleh paradigma yang lain di kemudian hari ; identitas manusia tidak jelas dan dapat diisi menurut tafsiran yang yang dirasa berguna, atau bahwa manusia tidak mempunyai identitas yang stabil (semu) karena berasal dari penentuan identitas oleh orang lain ; metafor interioritas menyebabkan adanya pikiran dualistis yaitu afektif dan emosional ; serta kekhawatiran tentang kepastian berupa obsesi dengan skeptis. Kepastian dapat saja menutup semua pintu.

Apa yang ingin dicapai oleh para pemberontak (posmodernisme) tersebut ?

Mereka sedang memperbaharui paham tentang rasio manusia. Anggapan mereka bahwa logika berasal dari bahasa biasa bahwa tidak ada proses rasional universal, atau bahasa universal atau kebenaran universal. Oleh karena itu mereka sering dipandang sebagai relativis.

Bagaimana mereka dapat mengajak orang lain untuk melakukan kebajikan yang mereka yakini kebenarannya?


Referensi -- Jo Verhaar. SJ, 1999, Filsafat yang Berkesudahan, Yogyakarta : Kanisius